Selasa, 03 April 2012

Warga Purwokerto Temukan Harta Karun Senilai Triliunan

BANYUMAS- Benarkah 21 lempengan logam mulia yang didapat Edi warga Kelurahan Kranji Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas, Jateng benar benar harta karun? Itulah pertanyaan dibenak sang pemilik maupun warga yang belum terjawab. Meski begitu, penemuan ini membuat geger warga setempat.
HARTA KARUN: Edi warga Kranji,Kecamatan Purwokerto Timur,Banyumas,Jateng menunjukan lempengan yang disebutnya sebagai harta karun bernilai triliunan rupiah (foto:nan/BNC)
LOGAM MULIA: Lempengan logam mulia inilah yang membuat geger, karena diduga merupakan harta karun (foto:nan/BNC). Menurut Edi, logam mulia yang ditemukan pada 31 Maret 2011, masing-masing seberat 1 kilogram itu diperolehnya usai melakukan dzikir pada malam hari, sekitar empat bulan lalu. ” Saya juga kaget, tiba tiba barang ini sudah ada di samping saya,” ujar Edi. Karena bingung dan tidak tahu tentang barang tersebut, Edi mencoba bertanya pada sejumlah orang. Hasilnya, ada orang yang katanya mengetahui bahwa benda tersebut merupakan harta milik sebuah bank di Swis. Di lempengan tersebut memang tertulis nama bank dan sebuah nomor nomor yang belum diketahui maksudnya. Selain lempengan juga ditemukan sertifikat yang konon milik Bank Swis tersebut. Namun lagi lagi hingga empat bulan berlalu, orang yang dipercaya mengurus masalah tersebut dengan menghubungi bank yang dimaksud, hingga kini belum ada jawaban. ” Tapi yang sulit dipercaya kenapa mendapatkannya tiba tiba kedebug saja sudah ada di kamar. Agak kurang percaya yang kaya gituan,” ujar warga setempat yang enggan disebut namanya. Menurut mereka, lempengan seperti itu bisa dibuat oleh siapapun. Sementara untuk nomor nomor seperti regsitrasi dari bank memang sulit di cek kebenarannya. Jika benar benda tersebut bernilai triliunan rupiah, maka Edi bakal menjadi orang kaya mendadak (BNC/elm). ***** http://banyumasnews.com/2011/03/31/warga-purwokerto-temukan-harta-karun-senilai-triliunan/

Perajin Sapu Glagah Kewalahan Penuhi Permintaan Ekspor

PURBALINGGA – Para perajin sapu glagah di Purbalingga mengaku kuwalahan memenuhi permintaan pangsa pasar ekspor. Sejumlah negara seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand meminta pasokan sapu glagah model ’Rayung’ dan ’Lakop’ rata-rata 200.000 buah sapu setiap bulannya. Kepala Bidang Industri pada Dinas Perdagangan Perindustrian dan Koperasi (Disperindagkop) Drs Agus Purhadi Satyo yang didampingi Kasubag Pemberitaan & Media Massa Bagian Humas Setda Ir Prayitno, M.Si kepada wartawan, Kamis (10/3) mengatakan, konsumen Korea Selatan sangat menggemari produksi sapu glagah model Rayung. Sapu Rayung adalah sapu yang berbahan hampir sebagian besar menggunakan glagah, termasuk gagang sapu yang berasal dari tangkai glagah yang diikat rapi. Sementara konsumen dari Malaysia dan Thailand lebih menyukai sapu glagah model Lakop. Beda sapu Lakop ini pada tangkai pegangan sapu. Sapu Lakop menggunakan tangkai dari bambu atau dari kayu yang diikatkan dengan glagah menggunakan plastik. ”Jenis sapu Rayung saat ini baru diproduksi oleh salah satu perajin dari Desa Karanggambas, Kecamatan Padamara. Perajin tersebut yakni bambang Triyono, meski dengan jumlah karyawan hampir 100 orang namun hanya mampu membuat 15 buah sapu per hari per orang,” kata Agus Purhadi Satyo. Sedang untuk perajin sapu glagah jenis Lakop, selain diproduksi oleh Bambang, juga diproduksi oleh para perajin dari Kecamatan Karangreja. ”Perajin di Purbalingga hanya bisa mampu membuat 40 ribu buah sapu jenis lakop per bulan. Hal ini masih bergantung pada bahan baku rumput glagah yang tersedia,” kata Agus. Agus menambahkan, harga sapu glagah jenis Rayung dilepas oleh perajin Rp 6.000 per buah. Sapu ini kemudian dikirim ke eksportir dari Korea yang berdomisili di Cirebon. ”Jika dihitung, nilai ekspor ini mencapai Rp 400 juta per bulan,” kata Agus sembari menambahkan, untuk sapu glagah model Asoi dan SMS (setengah miring) lebih banyak disukai konsumen dalam negeri. (BNC/tgr) ***** http://banyumasnews.com/2011/03/10/perajin-sapu-glagah-kuwalahan-penuhi-permintaan-ekspor/

Puluhan ribu orang hiasi Purwokerto dengan senandung Shalawat

PURWOKERTO (BNC) – Mengawali kegiatan Hari Jadi Kabupaten Banyumas yang ke 430, puluhan ribu umat Islam memadati alun-alun Purwokerto, Sabtu malam (31/03) menghadiri acara ‘Banyumas Bershalawat’ bersama Habib Syekh Abdulkadir Assegaf dari Solo. Dengan pakaian serba putih umat Islam yang datang dari berbagai kecamatan di Banyumas, bahkan banyak yang datang dari luar kota, larut dalam senandung sholawat yang dibawakan Kelompok Hadrah dan Shalawat “Ahbabul Musthofa”. Alun-alun yang di Sabtu malam biasanya dipadati oleh masyarakat yang bermalam mingguan dengan duduk-duduk dan bermain bersama anak-anak, juga tempat nongkrong anak muda remaja, kali ini berubah menjadi lautan manusia dengan pakaian serba putih yang menghiasi Purwokerto dengan senandung sholawat sebagai tanda cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW, dan wujud tanda syukur ulang tahun Banyumas yang ke 430. Semangat bershalawat ditunjukkan dengan kibaran bendera kelompok/majelis sholawat. Karena alun-alun tidak memuat semua yang hadir, sebagian duduk di jalan-jalan di sekitar seperti Jl Masjid dan di badan jalan Jend Sudirman. Sekalipun massa berdesak-desakan, namun suasana tertib. Kepadatan manusia ini menjadi berkah tersendiri bagi pedagang kaki lima yang ikut mengais rezeki di event akbar sholawatan ini. Mereka menggelar dagangan dari mulai pernak-pernik muslim seperti kopyah, vcd sholawat, pakaian muslim, gambar-/poster habaib, dan tentu saja pedagang makanan/minuman. Acara shalawat sebelumnya juga digelar di Banjarnegara pada Jum’at malam (30/03), yang juga dihadiri puluhan ribu orang di alun-alun Banjarnegara. Acara shalawat berisi pembacaan Maulid Simthuddurar mahakarya Habib Ali bin Muhammad Husein Al Habsyi yang dipimpin langsung oleh Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf. Habib Syekh Abdulkadir selanjutnya menyampaikan ceramah (tausiyah) tentang pentingnya membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. “Allah SWT dan para malaikatnya menyanjung Nabi SAW, karena beliau adalah manusia pilihan dan utama di semesta jagad ini. Sehingga wajarlah kalau kita juga ikut menyanjung dan memberikan doa penghormatan dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW,” kata Habib Syekh. “Di hari kiamat, saat perhitungan hisab, hanya Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang kita harap syaf’aatnya untuk menaungi kita sehingga kita masuk surga semua. Kita tidak menuhankan Muhammad SAW. Cinta kita dengan membaca shalawat kepada Nabi SAW karena mengharapkan syafa’at beliau. Di majelis-majelis yang dibacakan shalawat, para malaikat tidak berhenti berdzikir dan bertasbih memohonkan ampun sebagaimana shalawat yang kita sampaikan kepada Nabi SAW. Dan Nabi Muhammad SAW membalas dan menjawab setiap shalawat yang dibacakan serta memohonkan ampun bagi umatnya,” terang Habib Syekh yang lahir di Solo ini. Tentang Habib Syekh Abdulkadir Assegaf Syekh Abdulkadir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf (tokoh alim dan imam Masjid Jami’ Assegaf di Pasar Kliwon Solo). Berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayahnya, Habib Syekh mendalami ajaran agama dan akhlak leluhurnya. Syekh ABdulkadir juga memperoleh pendidikan dari paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syekh juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Habib Muhammad Anis bin Alwiy al Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosul yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama’ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosul SAW dalam kehidupan ini. Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syekh bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW . Kegiatan pengajian rutin dan zikir serta sholawat berkembang di berbagai kota seperti Sragen, Kudus, Jepara, Jogja, Solo dan mulai merambah ke kota-kota Purwokerto, Banjarnegara dan banyak kota lainnya dalam majelis-majelis zikir dan sholawat. (BNC/ist/hadrah ahbaabul musthofa) ***** http://banyumasnews.com/2012/04/01/puluhan-ribu-orang-hiasi-purwokerto-dengan-senandung-shalawat/