Bagi petani, keong sering kali menjadi momok karena keberadaannya menjadi hama tanaman padi. Namun di Purwokerto, keong justru bisa dimasak dan dinikmati layaknya masakan biasa. Bahkan banyak orang rela antre untuk mendapakan seporsi keong yang sudah dimasak dengan kuah ini. Jika ke Purwokerto, jangan lupa mampir di kedai sayur keong milik Bapak Chamlany (47).
Suami Kusnani (43) ini khusus berjualan sayur keong sejak 10 tahun lalu. Keong yang diolah Lany adalah keong sawah. Sebelum diolah, cangkang keong dipecahkan untuk membuang kotorannya. Setelah itu keong direndam selama satu malam.
Keesokan harinya, Lany meramu bumbu yang terdiri dari cabai, kunyit, bawang merah, bawang putih, kemiri, dan aneka rempah termasuk jahe. “Mirip seperti bikin bumbu rica-rica,” imbuhnya. Setelah itu, keong yang sudah direndam dicuci bersih dan dimasak bersama bumbu selama 4 jam agar meresap.
Sayur Keong
Dalam satu hari, Lany memasak sekitar 100 kilogram keong yang hanya bertahan selama 2 jam saja. Mulai pukul 10.00 WIB, pembeli sudah antre di rumah makan yang terletak di Jalan Kauman Lama nomor 31 Purwokerto Utara. Tak sampai pukul 12.00 siang, keong biasanya sudah ludes. Harga seporsi keong ini Rp 4.000.
Tak jarang orang membeli dalam jumlah kiloan. Lany menjualnya Rp 15.000 per kilogram. Keong yang langsung dimakan di tempat disajikan bersama tusuk gigi. Fungsinya untuk mencungkil bagian daging keong agar bisa diseruput langsung dari cangkangnya. Keong ini jarang disantap dengan nasi.
Biasanya, pembeli menikmati sebagai camilan atau bukan dijadikan sebagai lauk. Rasa sayur keong ini pedas dan gurih. Lany sendiri tak menyangka respons yang luar biasa terhadap keong buatannya melejitkan usahanya sampai membuat pelanggannya banyak yang rela datang dari Yogyakarta bahkan Jakarta.
“Awalnya saya hanya suka main di sawah dan sering lihat keong,” ujar Lany. Ternyata saat coba-coba memasak keong, kok malah enak, katanya. Keong yang diolah Lany didatangkan langsung dari Demak. Konon, menurut para peneliti keong banyak mengandung protein yang dibutuhkan tubuh.
Sate Ayam Martawi
Sate ayam mungkin rasanya sama saja, di mana pun Anda menikmatinya. Anggapan demikian bisa jadi salah jika sempat singgah di rumah makan Sate Ayam Martawi milik Bapak Suhardi Baedowi. Sate ayam martawi ini bisa jadi sate ayam tertua di Cilacap, tempat asal-muasal rumah makan ini berdiri. Mbah Martawi, sang pendiri, sudah menjual sate bikinannya sejak tahun 1923.
“Kini diteruskan oleh generasi ketiga,” ujar Suhardi. Selain nikmat, sate ayam ini punya keunikan. Yakni pada setiap sate, masing-masing dibuat dengan dua tusukan sehingga saat dibakar sate bisa dilebarkan atau merenggang.
“Tujuannya agar sate matang hingga ke bagian dalamnya,” tutur cucu Haji Martawi (almarhum ) ini panjang lebar. Karena satu ini dibuat dari ayam kampung, makanya proses pembakarannya pun istimewa, lebih lama agar matang sempurna, tandas Suhardi. Itu pula alasan Mbah Martawi membuat satenya dengan dua tusukan.
Meski disajikan dengan bumbu kacang dan kecap manis, sate martawi ini sudah lezat di santap meski tanpa bumbu. karena, saat dibakar, sate sudah direndam di dalam bumbu terlebih dahulu. Jika memesan seporsi sate, akan terhidang irisan lontong, sate, bumbu kacang dan semangkuk kuah opor ayam.
“Sajian lengkapnya, sate dimakan juga dengan kuah opor ayam,” tandas Suhardi. Setiap tusuk sate harganya Rp 1000. Biasnaya per porsi berisi 10 tusuk. Sedangkan lontongnya Rp 2000.
Jika ingin menyantap opor ayamnya, Anda harus merogoh kocek sekitar Rp 8000. Selain daging ayam, ada pula sate kulit yang isinya diselipi ati ayam juga. Harganya sama dengan sate daging. Dalam satu hari, Suhardi bisa menghabiskan sekitar seribu tusuk sate. Rumah makan sate Martawi ini punya 5 cabang di kota Cilacap.
Sementara di Purwokerto, sate martawi bisa ditemu di jalan Kolonel Sugiono Nomor 54B. Datang saja antara pukul 09.00 WIB sampai pukul 21.30 WIB, dijamin Anda bisa menikmati sajian sate ayam kampung yang istimewa ini.
Lesehan Super Sambal
Bagi masyarakat Indonesia meyakini bahwa menikmati makanan tanpa sambal rasanya seperti menyantap makanan yang serba “kurang”. Apalagi bagi penyuka rasa pedas, sambal menjadi satu menu yang wajib hadir saat makan tiba. Di Purwokerto, ada kedai lesehan yang khusus menyediakan menu utamanya sambal, sebagai lauk untuk disantap bersama nasi. Namanya Lesehan Super Sambal.
Pemiliknya, Wawan (25), membuat sambal dalam berbagai jenis pilihan. Sambalnya khusus dibuat Wawan agar bisa langsung disantap dengan nasi tanpa cocolan atau lauk lagi. Ada sambal teri, sambal tongkol, dan sambal rempelo ati.
Untuk sambal teri, yang dipakai adalah jenis teri yang berukuran besar, yang sebelumnya digoreng terlebih dahulu. Lalu teri dicampur dengan sambal di atas cobek dan disajikan dengan lalapan. Jenis sambalnya adalah sambal terasi matang yang pedasnya “hot”. Sementara sambal tongkol, sebelum dicampur dengan sambal, tongkolnya digoreng lalu disuwir-suwir.
Demikian halnya untuk sambal ati ampela, sebelumnya, baik ati maupun ampelanya diiris kecil-kecil. Harga setiap jenis sambal Rp 1500. Biasanya, pembeli langsung membeli ketiga jenis sambal sekaligus. “Ide ini saya dapati karena dulu kuliah di Yogyakarta, ada sebuah kedai yang sajikan menu sambal pedas yang dicampur dengan lauknya sekaligus,” ungkap Wawan.
Jika datang kesini, selain sambal yang bisa langsung dinikmati dengan nasi hangat, ada lumpia super besar yang merupakan sajian khas dari kedai Wawan ini. Lumpia sepanjang 25 sentimeter ini diameternya hampir 5 sentimeter.
Tak heran, karena lumpia ini dilapisi telur, kulit lumpia dan terakhir tepung terigu. Lumpia berisi wortel, irisan daun bawang, daging ayam yang disuwir, dan digulung di dalam telur dadar. Setelah itu, lumpia digulung kembali dengan kulit lumpia.
Setiap pembeli yang memesan lumpia ini, Wawan akan menggoreng kembali lumpia ini setelah dicelupkan ke dalam adonan tepung terigu yang sudah diberi air dan bumbu. Hasilnya?Lumpia tampil krispi dan rasanya gurih. Harga lumpia ini Rp 4000 per buahnya. Tak hanya lumpia, Wawan juga menyediakan ayam, usus, tempe dan tahu yang semuanya sudah diungkep bumbu.
Namun ciri khas sajian ini, adalah semua lauk digoreng kembali di dalam balutan tepung sebelum disajikan, sama persis seperti lumpia tadi. Hasilnya, semua lauk sangat garing dan gurih. Semua harga lauk ini berkisar antara Rp 2500 sampai Rp 5000. Jika ingin datang ke kedai ini, waktu terbaik adalah sore menjelang malam hari.
Sekitar pukul 17.30 WIB, kedai wawan yang terletak di pertigaan Glempang,sudah buka. Wawan yang menghabiskan sekitar 40 kilogram beras dan 200 buah lumpia biasanya sudah menutup kedai pukul 22.00 WIB. Jika kehabisan, bisa mencoba dua cabang lainnya, di depan lapangan Sumampir Jalan Riyanto atau di jalan Kampus, sebelum pertigaan Grendeng, persis di depan warnet Kenanga.
Bebek Bakar Sambal Hijau “UNYIL”
Di Purwokerto, pedagang makanan justru banyak bermunculan kala malam hari. Salah satu tempat makan paling laris di kota ini, adalah kedai Unyil, yang terkenal dengan sajian bebek gorengnya. Pendiri kedai ini adalah Bapak Khairun (almarhum), yang sudah ada sejak tahun 1990.
Bebek goreng buatan bapak dua ini bisa diterima lidah pelanggannya karena bumbunya yang meresap hingga ke bagian tulang. Kedai yang kini dijalankan oleh Ibu Herliawahyuni, sang istri, bisa menghabiskan sekitar 20 ekor bebek dalam semalam. Sebelum digoreng, bebek yang dimasak adalah bebek yang dibeli dalam keadaan hidup.
“Kami potong sendiri,” ujar Herlia, sapaan akrab perempuan ini. Bebek lalu di cuci bersih dan ungkep dalam bumbu super komplit hingga kurang lebih 6 jam, sampai betul-betul empuk. Setiap hari, Herlia mulai meracik bebek ini dari pukul 6.00 WIB pagi sampai pukul 14.00 WIB. “Masak bebek tidak mudah,” paparnya. Harus telaten dan tak boleh bau anyir, tandasnya.
Bebek yang sudah siap digoreng, lalu dibawa ke lokasi berjualan, di Jalan Pramuka, tepat di belakang pasar Situmpur Purwokerto. Keistimewaan bebek di kedai ini adalah sandingan sambal yang luiar biasa lezat. Sampai-sampai, kalangan ekspatriat pun ketagihan dengan sambal ciptaan Khairun ini.
Bebek yang disajikan dalam cobek dari tanah liat ini, disandingkan dengan sambal hijau yang dibuat dari cabai hijau keriting, cabai rawit, bawang putih, tomat dan sedikit terasi. Semua bahan ini digoreng terlebih dahulu sebelum diulek. Sambal inilah yang konon membuat kedai Unyil jadi amat populer di Purwokerto. Bisa dibilang kedai ini merupakan pelopor sambal hijau pertama di Purwokerto.
Di atas meja, deretan lalapan, mulai dari irisan tomat, kol, seladam daun singkong dan daun pepaya rebus, leunca, terung hijau, sampai petai tersedia. Setiap pembeli bebas mengambil nasi hangat sendiri yang sudah disediakan di atas meja. Harga seporsi bebek Rp 9000.
Selain bebek goreng, ada pula bebek bakar yang disajikan dengan bumbu kecap yang lezat. Tak lupa sambal hijau andalan juga ikut disandingkan. Menu lainnya, ada pilihan burung dara, ayam goreng kampung, tempa, tahu, dan lele goreng.
Harganya berkisar antara Rp 1500 sampai Rp 10000. Kedai yang buka mulai pukul 17.00 WIB ini baru tutup saat tengah malam menjelang.
Nasi Tim Jakarta
Pada pagi hari, Anda bisa mencari sarapan lezat di kota ini. Ada bubur ayam atau nasi tim merah dan putih. Penasaran bukan? Satu-satunya penjual nasi tim di kota ini bisa ditemui di jalan Overste Isdiman. Jika datang dari arah pusat kota, kedai bubur ini ada di sebelah kanan jalan, dengan ciri spanduk putih bertuliskan bubur ayam Jakarta.
Kedai yang berdiri sejak tahun 1992 ini cukup terkenal di kalangan menengah atas. Karena selain sajian bubur ayam, justru kedai ini terkenal dengan menu nasi tim. Bisa dibilang, Maria (56), pemilik kedai ini menjual nasi tim pertama di Purwokerto.
“Tidak ada kan nasi tim yang dijual di pinggir jalan begini,” tandas ibu dari 5 anak ini. Nasi tim yang akan disajikan, disimpannya dalam sebuah panci besar. Nasi timnya ia cetak dalam mangkuk dan ditaru telungkup. Pancinya sendiri ditaruh di atas api agar nasi tim selalu hangat.
Ada 2 pilihan nasi tim yang dijual istri Bapak Irawan (53) ini. Setiap cetakan nasi tim, sudah lengkap berisi cincangan daging ayam, pala, merica, bawang goreng, bawang daun, garam dan telur. Jadi kalau pembeli datang, Maria tingal menaruk terbalik mangkuk nasi tim dan mengangkat cetakannya saja. Nasi tim putih, adalah nasi tim yang asin, dimana sajian ayamnya berwarna putih dan dibuat tanpa kecap.
Sedangkan untuk nasi tim merah, Maria membuat ayamnya dengan tambahan kecap. “Jadi seperti mi, ada yamin asin dan manis, nasi tim juga saya buat demikian,” tandasnya. Setiap sajian nasi tim, dilengkapi dengan satu butir telur lo atau telur yang dimasak kecap. Lalu disantap dengan semangkuk kuah kaldu dan kerupuk aci. Nasi tim merah harganya Rp 5000, dan Rp 6000 untuk nasi tim putih.
Nama nasi tim merah dan putih ini, diberikan oleh banyak pelanggan Maria yang saban hari makan di sini. “Biar mudah saja membedakannya, ujar Maria yang tiap pagi berjualan mulai pukul 06.00 WIB ini. Jika datang ke sini, jangan lebih dari pukul 10.00 WIB. Karena biasanya, nasi tim sudah ludes.
Banyaknya pelanggan Maria yang datang dari luar kota, membuat nasi tim ini kerap dibawa hingga dijadikan oleh-oleh atau “teman” sarapan dalam perjalanan. Biasanya, Maria memberi tips bagi semua pelanggannya, untuk menyimpan dan membawa nasi tim ini dalam wadah yang agak terbuka. Agar uap nasi tidak jatuh ke dalam lagi.”Biasanya uap ini yang bisa bikin nasi tim jadi cepat basi,” tandasnya. Nasi tim juga bisa disimpan di kulkas, lalu dikukus kurang lebih 30 menit jika akan disantap.
Ayam ‘ndadak Baturaden
Purwokerto memiliki kawasan wisata yang terkenal, bernama Baturaden. Jaraknya sekitar 17 kilometer dari pusat kota, menuju arah Gunung Slamet, di sebelah utara Purwokerto. Jika datang ke sini, jangan lupa coba cicipi ayam goreng yang langsung dibuat mendadak kala pesanan datang. Namanya rumah makan ayam “N’dadak”.Maksudnya, ndadak motong, ndadak goreng, dan ndadak bikin sambal,” ujar Ibu Patin (50) pemilik rumah makan ini.
Jika datang kesini, cukup jadikan terminal baturaden sebagai patokan. Sekitar 200 meter ke arah utara, ada sebuah ruma kayu berwarna hijau, yang kerap jadi tempat makan paling digemari di sini. Meski tanpa plang maupun spanduk, bertanya pada warga sekitar bisa jadi pilihan jika tersasar. “Semua orang pasti tahu,” ujar ibu dua anak ini sambil tertawa.
Ide menjual ayam ‘ndadak ini, awalnya di tahun 1981, saat Baturaden mulai banyak dikunjungi wisatawan untuk berlibur. Karena letak kawasan ii di kaki gunung Slamet yang dingin, makan masakan yang pas, pastilah yang fresh dan hangat, terang Ibu Patin. Oleh karena itu, ia pun lantas berpikir untuk menjual masakan yang bisa disantap hangat-hangat pula.
Sebetulnya yang dibuat Patin sederhana saja, hanya ayam goreng dan sambal cobek yang disantap dengan nasi hangat dan lalapan segar. Namun kalau jadi demikian laris, tak lain karena ada Patin demikian ramah pada para pelanggannya. Untuk menyantap sajian ini pun, Patin membiarkan seluruh bagian rumahnya mulai dari ruang tamu hingga ruang tengah menjadi tempat makan.
Di atas bangku dan meja kayu, situasdi pedesaan akan langsung terasa jika datang ke sini. Pertama, Patin tak pernah bertanya apa yang diinginkan pembeli, pasalnya, hanya ada satu menu saja yang dijual ibu berbadan tinggi ini. Kedua, meski dibuat Ndadak, jika pembeli sedang banyak-bvanyaknya, Patin biasanya sudah menyiapkan ayam yang sudah diungkep bumbu ini untuk siap digoreng.
“Soalnya kalau pembeli lagi banyak, saya sudah siapkan ayam yang siap digoreng,” jelasnya. Ayam yang dibuat Patin, hanya ayam kampung. Setelah dicuci bersih, ayam potong dan diungkep dengan kunyit, salam, sereh, jahe, bawang putih, kemiri, ketumbar dan kunyit.
Lalu Patin memasaknya di dalam panci yang dimasak di atas tungku batu. Biasanya masyarakat Jawa Tengah menyebutnya pawon. Setelah empuk, ayam siap digoreng. Sambil menunggu ayam digoreng, biasanya Pati menyiapkan sambal ndadak yang dibuatnya dari cabe merah gula merah, bawang putih, terasi dan sedikti garam. Setelah diulek di atas cobek, Patin akan menyiramkan sedikit minyak jelantah dari penggorengan ayam.
Aromanya?Sangat menggiurkan. Ayam disajikan dalam piring, dan bisa disantap sesuai selera. Setiap potong ayam harganya Rp 4000. Pembeli cukup membayar berdasarkan potongan ayam yang disantap. Sementara nasi, sambal dan lalapannya, dijual per paket, Rp 2000. “Ayamnya saya hitung dari yang tersisa di piring saja,” tandas patin. Jika datang berdua, biasanya Patin memnyajikan sekitar 6 sampai 8 potong ayam. Satu orang, tak terasa bisa menghabiskan sekitar 3 potong ayam sekali makan, terang Patin.
Roti Mendoan
Di Purwokerto, tempe mendoan adalah salah satu jajanan khas yang tak boleh dilewatkan. Namun saking banyaknya penjual kudapan khas ini, membuat sajian ini kini tak terlalu istimewa lagi. Namun apa yang terjadi jika ada roti yang isinya mendoan? Inilah kudapan yang tengah naik daun di Purwokerto.
Yakni menyantap roti mendoan atau roti yang didalamnya bukan berisi cokelat atau keju, tapi tempe mendoan. Unik bukan? Jika mampir ke pusat kota, jangan sampai terlewat untuk singgah di Rita Bakery. Di sini, Anda bisa mencicipi roti mendoan. Letak bakery shop ini di jalan Jenderal Soedirman nomor 296, tepat di depan alun-alun Purwokerto.
“Awalnya karena terinspirasi dari tempe mendoan,” ujar Ibu Maria (39), Manager Rita Bakery. Inovasi terbaru yang dibuat bakery milik pengusaha Buntoro ini memang merupakan inovasi baru. Yakni memadukan rasa tradisional, ke dalam cita rasa barat.
Roti dicampur mendoan kan aneh? Namun siapa sangka peminatnya justru bejibun. Roti ini berbentuk bulat bulat agak lonjong. Didalamnya, diisi tempe mendoan goreng utuh. Lalu adonan roti beserta mendoannya ikut dipanggang di dalam oven. Agar lezat, roti ini juga dilengkapi dengan siraman saus tomat. “Kami buat jenisnya dari roti manis, tapi fillingnya mendoan,” ucap Maria.
Harga roti mendoan ini Rp 1500 per buah. Peminatnya langsung banyak sejak roti ini diluncurkan pertama kali pada April 2006. Yang istimewa dari kehadiran roti ini adlaah sajiannya yang hanya tersedia pada saat weekend tiba.
“Roti ini hanya kami produksi pada Sabtu dan Minggu,” terang Maria. Alasannya, agar orang tidak bosan dan penasaran dengan kehadiran roti ini,” tandas Maria. Selain roti mendoan, bakery shop yang memakai sistem open kitchen ini juga membuat lebih dari 50 jenis aneka roti manis lainnya, termasuk cake, danish, pastry, roti tawar dan donat. Jika penasaran, bisa datang ke tempat ini mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Roti Kebo Kedai “Superman”
Mendengar namanya, Anda pasti aneh dan penasaran bukan? Menyusuri jalan HR Bunyamin kala malam hari, ada puluhan pedagang makanan yang layak di coba. Salah satunya, adalah roti kebo buatan Fredy (27) yang tengah naik daun ini. Roti kebo adalah roti bakar yang disantap dengan irisan pisang bakar. Roti tawar yang selesai dibakar ini langsung diiris dadu, sementara pisangnya, juga diiris menyamping.
Setelah itu, pisang dan roti disatukan dalam piring dan beri parutan keju dan taburan meises. Terakhir, pisang disiram dengan susu kental manis. Pisang yang dipakai Fredy adalah jenis pisang kepok yang rasanya manis. Hasilnya roti, bertabur keju ini tersaji dama sepiring penu dan tampak membumbung hingga setinggi 20 sentimeter.
“Inilah kenapa disebut kebo,” ujar Fredy, karena porsinya, banyak sekali, tambahnya. Harga roti kebo ini Rp 4000 untuk rasa keju cokelat dan Rp 3500 untuk cokelat strawbery. Penikmat roti kebo cukup banyak. Porsinya yang besar itu pun membuat menu ini biasanya disantap berdua.Selain roti kebo, Fredy yang sebelumnya berbisnis makanan di Surabaya ini juga membuat menu yang tak kalah unik. Yakni pisang sarang walet. Pisang ini dibakar dan dirisi menyamping, lalu diberi parutan keju yang snagat banyak. Hingga menyerupai sarang burung walet.
“Keju yang sedikit membuat sajian jadi kurang enak,” ujar Fredy. Biasanya pelanggan Fredy menikmati kedua santapan ini sambil menyeruput superman. Nama kedai ini rupanya berasal dari singkatan susu perah manis, yakni susu perah atau susu murni asli yang diaduk bersama gula. Satu gelas superman harganya Rp 2.000 saja. Fredy yang berjualan mulai pukul 18.00 ini biasanya baru tutup menjelang pukul 04.00 dini hari. Tak kurang dari 10 liter susu dan puluhan loaf roti tawar ia habiskan untuk meladeni pelanggannya yang kebanyakan anak muda ini. (kompas.com)
*****
Sumber: http://banyumasnews.com/2009/07/01/purwokerto-dari-sayur-keong-hingga-roti-kebo/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar