Situs Watu Gathél
Situs watu gathél terletak di Desa Karangmangu Kec. Baturraden di sebelah timur jalan raya Baturraden di tengah tengah areal pemukiman penduduk. Dinamakan watu gathel karena menurut kepercayaan masyarakat setempat bentuknya menyerupai alat kelamin laki-laki. Orang yang datang ke tempat tersebut selain ingin menyaksikan keunikan peninggalan prasejarah tersebut, juga meyakini dapat memperoleh penglarisan dalam dunia perdagangan .
Sebenarnya situs tersebut merupakan peninggalan prasejarah masa megalitikum sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang yang berjenis kelamin laki-laki dan berorientasi ke arah barat dan timur karena diyakini tempat bersemayamnya arwah nenek moyang tersebut berada di sebelah barat gunung Slamet. Di sebelah timur situs tersebut terdapat aliran sungai Belot yang pada zaman prasejarah sudah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju tempat pemujaan arwah nenek moyang ( situs watu gathel ).
Bahan dasar situs tersebut terbuat dari batu andesit yang bentuknya menyerupai alat kelamin laki-laki dengan ukuran tinggi 25 cm, garis tengah 140 cm , dan panjang 70 cm, dengan luas situs keseluruhan lebar 1 meter dan panjang 1,5 m.
***
Situs Watu Guling
Situs Watu Guling terdapat di Desa Datar, Kec. Sumbang di sebelah selatan pemakaman umum Desa Datar. Dinamakan situs Watu Guling, menurut cerita masyarakat setempat batu tersebut berasal dari pegunungan daerah selatan yang ditendang oleh Bima dan jatuh berguling guling dan berhenti di daerah yang datar yang kemudian dinamakan Desa Datar.
Sebenarnya situs tersebut merupakan tempat pemujaan arwah nenek moyang pada zaman prasejarah yang pada awalnya merupakan punden berundak yang berorientasi ke arah utara selatan mengarah kepada gunung Slamet, dan diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang, akan tetapi karena pengaruh alam dan ketidaktahuan masyarakat setempat, teras pertama dan kedua sudah tidak ada dan langsung menuju teras ketiga.
Peninggalan yang terdapat pada situs tersebut antara lain :
-Batu Menhir 2 buah dengan ukuran masing-masing tinggi 137 cm dan garis tengah 42 cm.
-Batu Lumpang ( pecah dan hilang 1/5 bagian ) 1 buah dengan ukuran tinggi 25 cm, garis tengah 46 cm dan ketebalan 4 cm.
Sedangkan luas keseluruhan situs adalah , panjang 5 m dan lebar 4 m.
Pengelolaan pemeliharaan ditangani oleh Ny. Karsinah selaku juru pelihara. Kondisi situs masih asli dan terpelihara.
(Ditulis kembali oleh Legono. S.Pd Pamong Budaya Sejarah Dinbudpar Kab. Banyumas)
***
Situs Batu Lurah
Situs batu lurah terletak di dusun Peninis, Desa Windujaya, Kec. Kedungbanteng, di tengah-tengah areal persawahan. Dinamakan situs batu lurah menurut ceritera masyarakat setempat situs tersebut terdapat banyak tumpukan batu yang menyerupai bentuk pondasi (batur dalam bahasa Jawa) dan sering digunakan sebagai tempat permohonan kepada yang maha kuasa oleh masyarakat sekitarnya yang mau mencalonkan diri sebagai kepala desa ( lurah ) . Situs tersebut sebenarnya merupakan punden berundak dengan tiga teras, berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang pada zaman prasejarah, beroirentasi ke arah utara dan selatan ke arah gunung Slamet yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang. Di sebelah timur situs tersebut terdapat aliran sungai yang pada zaman prasejarah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju tempat pemujaan arwah nenek moyang. Peninggalan di dalam lokasi situs tersebut berupa beberapa buah menhir dengan ukuran rata-rata tinggi 67 cm , garis tengah 20 cm . Disamping itu terdapat beberapa kubur batu yang sebenarnya adalah makam/kuburan batu yang merupakan bangunan megalitik yang paling tua yang berfungsi sebagai kuburan, karena di tempat tersebut terdapat beberapa bentuk batu besar lainnya yang pada zaman prasejarah sering digunakan sebagai pelengkap pemujaan arwah nenek moyang yang bentuknya menyerupai menhir tempat bersemayamnya jasad nenek moyang. Luas situs keseluruhan panjang 18 m , lebar 13 m.
***
Situs Watu Kentheng / Lumpang Sambirata
Watu Kentheng Sambirata terletak di Dusun Ragung, Desa Sambirata, Kecamatan Cilongok berada di tengah-tengah permukiman penduduk sebelah utara jalan desa.
Situs watu kentheng tersebut merupakan bangunan punden berundak sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang pada masa prasejarah yang berorientasi ke arah utara dan selatan dengan mengagungkan gunung Slamet yang dianggapnya sebagai tempat persinggahan terakhir bersemayamnya para arwah leluhur di sebelah timur lokasi situs tersebut terdapat aliran sungai yang pada masa prasejarah sudah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju ke tempat pemujaan arwah nenek moyang. Peninggalan yang terdapat pada lokasi situs tersebut antara lain watu lumpang dengan bahan dasar batu andesit yang berfungsi sebagai sarana pelengkap ritual pemujaan arwah nenek moyang dengan ukuran tinggi 50 cm, garis tengah 75 cm, tebal 4 cm. Selain itu, juga terdapat tatanan batu di sebelah utara tempat watu lumpang yang berfungsi sebagai tempat atau altar pesembahan dalam upacara ritual pemujaan arwah nenek moyang. Luas situs secara keseluruhan panjang 10 m, lebar 5 m. Pengelolan pemeliharaan situs tersebut langsung dilakukan oleh Balai Peninggalan Sejarah dan Purbakala Wilayah Jawa Tengah dengan juru pelihara Bapak Sudiro (perangkat Desa Sambirata). Kondisi situs masih asli dan terawat.
***
Situs Watu Késér
Situs Watu Keser terletak di Dusun Keser, Desa Notog, Kecamatan Patikraja di tengah permukiman penduduk di areal pekarangan kebun Bapak Moh. Dorum sebelah selatan makam Desa Notog. Situs tersebut merupakan bangunan punden berundak yang berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang berorientasi ke arah utara selatan dengan mengagungkan gunung Slamet yang dianggapnya sebagai tempat persinggahan terakhir bersemayamnya arwah nenek moyang. Di sebelah timur situs tersebut terdapat aliran sungai Trenggulun yang pada masa prasejarah digunakan sebagai tempat bersuci sebelum menuju ke tempat pemujaan arwah nenek moyang. Peninggalan yang terdapat di lokasi situs tersebut berupa dua buah batu lumpang besar dan kecil dengan bahan dasar batu adesit, yang besar berukuran tinggi 40 cm, garis tengah 57 cm, sedangkan yang kecil berukuran tinggi 15 cm, garis tengah 17,5 cm yang berfungsi sebagai sarana pelengkap dalam upacara ritual pemujaan arwah nenek moyang pada masa prasejarah.
***
Situs Watu Lumpang / Kentheng Kemawi
Situs Watu Lumpang / Kentheng Kemawi terletak di Dusun Wanasari, Desa Kemawi, Kecamatan Somagede di perbukitan areal hutan Perhutani.
Masyarakat sekitar menyebutnya dengan sebutan watu janji karena di lokasi tersebut sering digunkan sebagai tempat ritual untuk menguji janji / keinginan seseorang dengan cara mengangkat batu lumpang tersebut, dan apabila berhasil mengangkatnya, maka janji / nasib seseorang tersebut akan terkabul (bagi yang meyakini).
Situs tersebut merupakan bangunan punden berundak yang berfungsi sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang pada masa prasejarah dengan orientasi ke arah utara selatan dengan mengagungkan gunung Slamet yang dianggapnya sebagai tempat persinggahan terakhir bersemayamnya arwah nenek moyang. Peninggalan di sekitar lokasi situs berupa batu lumpang dengan bahan dasar batu andesit yang berukuran tinggi 23 cm, garis tengah 20 cm, tebal 6 cm yang pada masa prasejarah digunakan sebagai sarana pelengkap dalam upacara ritual pemujaan arwah nenek moyang. Pengelolaan pemeliharaan dilakukan oleh Bapak Sanparidi selaku juru pelihara. Kondisi situs masih asli dan terpelihara.
*****
Sumber Berita : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas.
http://www.banyumaskab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar