PURBALINGGA – Sebanyak 20 orang wisatawan dari Nederland, Belanda, Kamis (23/9) melakukan kunjungan ke Purbalingga. Selain mengunjungi obyek wisata, para wisatasan juga bernostalgia ke sejumlah tempat seperti di pendopo Dipokusumo dan ke pabrik permen Davos. Pendopo Kabupaten itu konon merupakan peninggalan Belanda. Begitu pula dengan pabrik permen Davos sudah berdiri sejak tahun 1931 ketika Belanda masih menjajah Indonesia.
Wisatawan yang tergabung dalam Yayasan ‘Pikulan’, selain melakukan perjalanan wisata juga memantau bantuan beasiswa yang diberikannya kepada 300 anak di tiga pulau masing-masing Jawa, Bali dan Sulawesi. Yayasan yang berdiri 25 tahun silam bergerak dalam membantu pendidikan anak-anak dari keluarga kurang mampu.
“Bantuan biaya pendidikan yang kami berikan masing-masing berada di pulau Jawa di delapan Kabupaten, di Bali dan Sulawesi masing-masing satu kabupaten,” kata Ketua Yayasan Pikulan Baoke Baron, Kamis (23/9).
Menurut Baron, Yayasan yang didirikan kini beranggotakan para dermawan di Nederlan. Mereka merupakan generasi ke tiga dari para veteran perang Belanda yang pernah bertugas di Indonesia.
“Para pendahulu kami yang pernah berperang di Indonesia, ingin membantu anak-anak dari keluarga kurang mampu dalam membiayai sekolah. Kami tahu ketika perang dahulu, masih banyak anak-anak Indonesia yang di desa sangat perlu bantuan untuk pendidikan. Oleh karenanya, kami ingin membantu mereka untuk bersekolah mulai SD hingga SMA,” kata Baoke Baron.
Diungkapkan Baoke Baron, yayasan yang didirikan para pendahulunya mengambil nama Pikulan. Nama ini merupakan alat pemikul warga pedesaan di Indoensia. Konon, yang memikul itu kebanyakan orang-orang yang tidak mampu. Filosofinya memikul beban baik beban di depan maupun di belakang. “Oleh karenanya kami menamai yayasan dengan nama ‘Pikulan’ yang dimaksudkan untuk ikut mengurangi beban masyarakat yang berat menopang hidupnya,” kata Baoke Baron yang didampingi pengurus perwakilan Indonesia Maria Sumarti.
Kunjungan Wisata
Rombongan wisatawan setelah menginap di Owabong, melakukan kunjungan ke Pendopo Dipokusumo. Rombongan diterima oleh Bupati Heru Sudjatmoko, Wakil Bupati Drs Sukento Ridho Marhaendrianto, masing-masing beserta istri, dan sejumlah pejabat di jajaran Pemkab. Di pendopo Dipokusumo, para wisatawan bernostalgia melihat-lihat pendopo peninggalan jaman Belanda yang kini sudah banyak berubah.
“Kabupaten Purbalingga mulai berdiri tahun 1830. Cikal bakal bangunan pendopo ini merupakan peninggalan jaman Belanda,” kata Bupati Heru Sudjatmoko.
Dikatakan heru Sudjatmoko, pemerintah Belanda yang datang ke Indonesia, selain menjajah, ternyata juga memberikan sisa peninggalan bangunan, serta pendidikan, penyebaran agama, culture, dan perdagangan internasional. “Kini Indonesia dan Belanda sudah merupakan bangsa yang sejajar, dan sedikit banyak peninggalannya juga mempengaruhi kehidupan masyarakat di Purbalingga dulu,” kata Heru Sudjatmoko.
Para wisatawan Belanda ini juga menikmati sajian makanan yang pernah dinikmatinya yakni buntil dan sate ayam. Makanan buntil konon pernah menjadi makanan favorit Belanda beberapa tahun silam ketika menduduki wilayah Purbalingga. Selain itu juga disuguhi jajanan mendoan dan es dawet.
Pabrik Permen Tertua
Usai berkunjung ke Pendopo kabupaten, rombongan menggunakan dokar (andong kuda) menuju pabrik permen Davos di Kelurahan Kandanggampang. Pabrik permen Davos merupakan pabrik peninggalan jaman Belanda. Pabrik permen Davos merupakan satu-satunya di Indonesia dan berada di Purbalingga. Di negeri Belanda, menurut para wisman juga ada pabrik permen Davos yang bergambar Ratu Belanda Wilhelmina.
Di lokasi pabrik, wisatawan selain menikmati suguhan lagu-lagu keroncong dan menikmati jajanan nasi goreng ala Belanda. Suasanapun menjadi makin meriah ketika beberapa wisatawan ikut mendendangkan lagu ‘Sungai Serayu’ dan Nina Bobo’. Mereka sedikit banyak hafal dengan syair-syair lagu itu.
Setelah mengunjungi proses produksi dan packing, para wisatawan kembali melanjutkan perjalanan menggunakan dokar ke Desa Wisata Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari. Di desa Karangbanjar, para wisatawan disuguhi musik khas desa thek-thek dan gejog lesung. (BNC/tgr)
*****
Sumber: http://banyumasnews.com/2010/09/23/wisatawan-belanda-bernostalgia-ke-purbalingga/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar