DIREKTORI PARIWISATA BANYUMAS
BMS - Kabupaten Banyumas merupakan kabupaten yang memiliki banyak kekayaan alam yang di jadikan obyek wisata. Potensi wisata banyumas cukup banyak namun belum terkelola semuanya karena keterbatasan Dana dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pariwisata. Berbagai buku tentang obyek wisata dan peluang investor telah di terbitkan, mulai dari karya dinas pariwisata, budayawan, paguyuban masyarakat pariwisata maupun dari pihak swasta/yayasan.
Namun, Tau ndak sich ? berapa banyak obyek wisata di banyumas ??? mungkin orang awam seperti saya hanya tahu dalam hitungan jari. hemm... masa daerah sendiri ndak tau. yuk kita cari tahu tentang daftar obyek wisata di kabupaten Banyumas. ayo... cemungudhzz !!! :D
Lokawisata Baturaden
Berada di lereng selatan Gunung Slamet (3.428 meter), 14km dari Purwokerto, dengan hawa sejuk di siang hari dan sangat dingin di malam hari. terdapat berbagai obyek dan dan sangat menyenangkan apalagi kalau bersama teman-teman anda.
Alun-alun Kota Lama Banyumas
Wisata Banyumas yang berada 18 km dari Purwokerto. Jaman dahulu, alun-alun merupakan penanda pusat pemerintahan, dan ditanami pohon beringin sebagai lambang pengayom rakyat. kondisi saat ini masih asli belum di pugar layaknya alun-alun purwokerto yang di satukan.
Candi Ronggeng
Wisata Banyumas yang berada di Desa Gondotopo, Kecamatan Sumbang, merupanan sebuah tempat wisata peninggalan bersejarah di wilayah ini.
Bendung Gerak Serayu
Wisata Banyumas yang dibangun pada 1993 dan diresmikan pada 1996, mengairi sawah di Banyumas, Cilacap, dan Kebumen. GPS: -7°31’30″, 109°12’4″
Bumi Perkemahan Baturraden
Wisata Banyumas di kawasan Baturraden, yang sering digunakan para pecinta alam. Digunakan sebagai tempat Jambore Nasional Gerakan Pramuka se-Indonesia pada 2001.
Bumi Perkemahan Kendalisada
Wisata Banyumas di Desa Kaliori, Kec Kalibagor, seluas 20 ha dilengkapi gedung Serba Guna, asrama, dan bisa dipakai untuk motor cross, terbang layang, dan rekreasi remaja.
Curug Gede
Wisata Banyumas di desa wisata Ketenger, 3 km dari lokasi wisata Baturraden. Di tempat ini wisatawan dapat menikmati air terjun dengan keindahan alam dan aneka lempengan batu.
Curug Belot
Wisata Banyumas di Desa Rempoah, Baturraden, dengan air deras, namun belum banyak disentuh dan masih alami. GPS: -7°21’29″, 109°14’23″
Curug Cipendok
Wisata Banyumas di Desa Karangtengah, Kec Cilongok, dengan ketinggian 92 m, hawanya sejuk, lokasinya cukup mudah dicapai, bisa menikmati mendoan dan susu murni saat berjalan kaki menuju curug.
Curug Ceheng
Wisata Banyumas di Desa Gandatapa, Kecamatan Sumbang, yang menampilkan keindahan air terjun yang dihiasi satwa lawa (sejenis kalong) yang beterbangan di sekitarya.
Curug Pengantin
Wisata Banyumas di tengah hutan Dusun Parduli, Desa Kracak, Ajibarang, tinggi air terjunnya hanya 2 m, namun dipercaya bahwa mandi di sini akan menolak bala dan mempercepat jodoh.
Gua Sara Badak
Wisata Banyumas yang berada 50 m dari Pancuran Pitu, tempat pertemuan aliran air panas yang mengandung belerang, dengan air dingin, dengan bebatuan warna keemasan yang menakjubkan.
Gua Selirang
Wisata Banyumas yang berada di sekitar area Pancuran Pitu, berdekatan dengan Gua SaraBadak, berupa gua kecil yang mulut guanya tertutup oleh aliran air dari atas tebing.
Kebun Binatang Kaloka Widya Mandala
Wisata Banyumas yang diresmikan pada 17 Mei 1995, dengan koleksi sapi berkaki lima, kambing berkaki tiga, gajah, beruk, buaya Irian, ular sanca, kasuari, elang bondol, dll. namun beberapa tahun silan sudah tidak di kelola dan binatangnya di pindah ke daerah semarang.
Kelenteng Boen Tek Bio
Wisata Banyumas yang berada sekitar 300 m dari Pendopo Duplikat Si Panji di kota lama Banyumas. Bangunan tua dari abad ke-19 ini mulai digunakan sebagai kelenteng sejak 1960.
Kelenteng Hok Tek Bio Sokaraja
Wisata Banyumas di Desa Sokaraja, Kec Sokaraja, dekat pertigaan jalan menuju ke Purwokerto, Banyumas dan Purbalingga, diperkirakan dibangun pada 1826.
Makam Bupati Banyumas
Wisata Banyumas berupa Makam Bupati-Bupati Banyumas di Desa Dawuhan yang lokasinya berada sekitar 5 km dari alun-alun kota lama Banyumas.
Makam Adipati Mrapat
Wisata Banyumas yang merupakan makam mendiang Bupati Banyumas I yang lokasinya berada di Desa Dawuhan, Banyumas.
Makam Kyai Mranggi Semu
Wisata Banyumas di Desa Kejawar, 5 km dari alun-alun Banyumas. Ia adalah pembuat warangka keris yang membesarkan anak R. Banyaksosro, R. Joko Kahiman, Adipati Banyumas I yang membagi Kadipaten Wirasaba menjadi empat.
Makam Kyai Tolih
Wisata Banyumas di Desa Cikakak kecamatan Wangon, sekitar 30 km dari Purwokerto. Kyai Tolih adalah pendiri Masjid Saka Tunggal, dan merupakan tokoh Islam pada jaman Majapahit.
Makam Nyai Mranggi Semu
Wisata Banyumas di atas bukit di Grumbul Wanasepi, Desa Binangun, 10 km dari Alun-alun Banyumas. Nyai Mranggi, adalah adik kandung R. Banyaksosro.
Masjid NurSulaiman
Wisata Banyumas yang berada di barat alun-alun kota lama Banyumas, didirikan pada 1725 oleh Kyai Nur Sulaiman dari Gumelem dengan arsitek Kyai Nur Daiman. Peninggalan asli adalah bedug, mimbar, sakaguru dan sumur.
Masjid Saka Tunggal
Wisata Banyumas di Desa Cikakak, Wangon, 30 km dari Purwokerto, yang dibangun pada 1288. Di sekitar masjid terdapat hutan pinus yang di huni ratusan ekor kera jinak.
Mata Air Panas Kalibacin
Wisata Banyumas di Tambak Negara, Rawalo, 17 km dari Purwokerto, yang merupakan peninggalan Belanda. Mata air panas Kalibacin dipercaya dapat menyembuhkan menyembuhkan penyakit kulit.
Museum Wayang Sendang Mas
Wisata Banyumas di depan Pendopo Duplikat Si Panji, Banyumas, dibangun pada 1982 dengan koleksi wayang kulit, wayang golek, wayang beber, wayang krucil, dan wayang lainnya, benda pusaka, benda purbakala dan kitab kuno.
Museum Uang BRI
Wisata Banyumas di Jl. Jenderal Soedirman, Purwokerto, berisi perjalanan perbankan (BRI) mulai berdiri sampai sekarang serta koleksi uang kuno mulai jaman Majapahit.
Pancuran Pitu
Wisata Banyumas di dalam Lokawisata Baturaden, yang merupakan sumber air panas berbelerang yang keluar melalui tujuh pancuran. Dicapai dengan berjalan kaki sejauh 2,5 km, atau dengan kendaraan melalui Bumi Perkemahan Baturaden.
Pancuran Telu
Wisata Banyumas yang dipercaya bisa menyembuhkan penyakit gatal ini berada di dalam Lokawisata Baturaden.
Pendopo Duplikat SiPanji
Wisata Banyumas di kota lama yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Banyumas sebelum tahun 1937. Pendopo Si Panji yang asli telah dipindahkan ke Purwokerto pada Januari 1937.
Pendopo Si Panji
Wisata Banyumas yang berada di alun-alun Purwokerto. Salah satu pilar pendopo yang bernama Si Panji, diyakini merupakan lambang kekuatan rakyat Banyumas. Pendopo Si Panji dibangun oleh Adipati Yudonegoro II, Bupati Banyumas ke-7, pada 1706.
Situs Batur Agung
Wisata Banyumas yang berada di tengah-tengah kebun, di sebelah selatan lapangan Dusun Pondok Lakah, Desa Baseh, Kedungbanteng, yang dipercaya pernah digunakan sebagai pertapaan Raden Kamandaka.
Situs Batur Bedil
Wisata Banyumas di Dusun Peninis, Desa Windujaya, Kedungbanteng, berupa punden berundak dengan tiga teras, yang digunakan sebagai tempat pemujaan arwah pada jaman megalitikum.
Situs Baturrana
Wisata Banyumas di Dusun Semaya, Desa Sunyalangu, Karanglewas, di daerah pegunungan Baturlaya. Diperlukan waktu 5 jam dengan berjalan kaki dari Kantor Desa Sunyalangu untuk sampai ke situs ini.
Situs Carangandul
Wisata Banyumas di tengah-tengah kebun di Dukuh Carang, Desa Tamansari, Karanglewas. Konon situs tersebut merupakan bekas kepala Patih Carangandul yang dibunuh oleh utusan dari Demak.
Situs Gunung Jenar
Wisata Banyumas di puncak Gunung Jenar Dusun Pondoklakah, Desa Baseh, Kedungbanteng. Situs ini merupakan kubur batu peninggalan jaman megalitik.
Situs Lembu Ayu
Wisata Banyumas di Dusun Lembu Ayu, Desa Susukan, Sumbang, 10 km dari Purwokerto, berupa yoni, lingga, fragmen batu candi, dan sebuah makam kuno bernama makam Pandung Aguna.
Situs Tebet Madas Mayung
Wisata Banyumas di Desa Sambirata, Cilongok, berupa dolmen yang bentuknya seperti meja batu berkaki menhir sebagai tempat sesaji dan pemujaan arwah nenek moyang dari jaman prasejarah.
Situs Watu Gathel
Wisata Banyumas di tengah pemukiman penduduk Desa Karangmangu, Baturraden, yang bentuknya menyerupai penis. Di timur situs Watu Gathel terdapat Sungai Belot yang dipakai sebagai tempat bersuci.
Situs Watu Guling
Wisata Banyumas di Desa Datar, Sumbang, di sebelah selatan pemakaman umum Desa Datar, merupakan tempat pemujaan arwah nenek moyang pada jaman prasejarah berupa Batu Menhir dan Batu Lumpang.
Telaga Sunyi
Wisata Banyumas 3,5 km di sebelah timur Baturraden. Telaga ini begitu indah dengan airnya yang dingin dan sangat jernih. Pada musim-musim tertentu dapat dijumpai aneka warna kupu-kupu dan capung.
itulah sebagian obyek wisata asli banyumas yang sudah di kelola baik oleh pemerintah daerah melalui Dinporabudpar ataupun pihak swasta yang bekerja sama dengan pemda. Sebenarnya masih banyak obyek-obyek wisata lain yang mungkin belum tergali dan di kelola secara baik. nantinya semoga catatan yang sederhana ini bisa mengulas lebih tentang obyek pariwisata di kabupaten banyumas. harapannya bisa memberikan informasi alternatif wisata yang murah meriah namun tetap berkesan tentunya baik untuk kategori wisata alam, wisata budaya, wisata kuliner, wisata pendidikan, wisata religi dan wisata sejarah.
Semoga bisa menjadi referensi anda dalam berwisata.
Disajikan dari berbagai sumber.
Ensiklopedi Wisata Banyumas (.pdf) bisa diunduh DISINI.
*****
Rabu, 12 September 2012
C O W O N G A N
RITUAL COWONGAN BANYUMAS
Musim kemarau hampir melanda setiap tahun. Karena begitu adilnya Tuhan sang telah menciptakan segalanya dengan berpasang-pasangan. Musim hujan dan kemarau pasti akan datang, tidak peduli kita siap atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Layaknya semangat dalam jiwa manusia yang senantiasa mengalami perubahan. Semua akan berubah kecuali satu yaitu perubahan itu sendiri.
Ngomong masalah kemarau, di sebagian wilayah banyumas raya sudah mengalami kekurangan air, sehingga tidak heran jika PDAM Banyumas ikut mendistribusikan air melalui mobil air bersih ke beberapa desa yang benar-benar kekurangan air. Efek dari kekeringan di banyumas raya juga berimbas dengan hutan di gunung slamet yang terbakar beberapa hari yang lalu.
Musim hujan biasanya datang di akhir penghujung ramadhan namun sampai saat ini belum juga mencipratkan airnya di bumi banyumas. Sebagai masyarakat banyumas pernahkah anda dengar ritual cowongan ? atau tahu bagaimana proses cowongan itu? Hemmm… dari pada bertanya-tanya mending kita cari tahu yuk…
APA ITU COWONGAN
Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan, dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia.
Cowongan Banyumas
LOKASI COWONGAN SOMAGEDE
Salah satu daerah yang hingga saat ini masih melaksanakan ritual cowongan pada setiap kemarau panjang adalah masyarakat di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Daerah ini terletak di ujung sebelah timur dari kabupaten Banyumas, kurang lebih 15 km di sebelah timur kota Banyumas, berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara dan berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Di sebelah timur terdapat sungai kecil (kali Plana) yang menjadi batas desa tersebut dengan desa Karangsalam, kecamatan Susukan, kabupaten Banjarnegara. Sebelah utara dan barat dilingkari sungai serayu yang mejadi batas kabupaten Banyumas dan kabupaten Banjarnegara.
Sungai Somagede Banyumas
Walaupun letaknya dekat dengan sungai, tetapi pada saat musim kemarau yang panjang, daerah ini sangat kering dan air sangat sulit untuk di dapat. Apalagi sebagian besar masyarakat di desa Plana bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa ini masih percaya, melalui ritual cowongan maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka.
Sawah Somagede
Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Mangsa Kapat (hitungan masa dalam kalender Jawa) atau sekitar bulan September. Pelaksanaannya pada tiap malam Jumat, dimulai pada malam Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya satu kali, tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan tiga kali. Jika dilaksanakan tiga kali belum turun hujan maka dilaksanakan sebanyak lima kali. Demikian seterusnya hingga turun hujan. Cowongan hingga saat ini masih tetap di lestarikan dan dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
**Bagi saya pribadi cowongan masih menjadi misteri. Antara budaya, tradisi dan spiritual. Percaya atau tidak itu terserah anda. Karena bagaimanapun cowongan merupakan budaya (budi daya) leluhur banyumas khususnya di kecamatan somagede. Kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi? ^_^
BACA PEMBAHASAN LENGKAPNYA DISINI.
*****
Musim kemarau hampir melanda setiap tahun. Karena begitu adilnya Tuhan sang telah menciptakan segalanya dengan berpasang-pasangan. Musim hujan dan kemarau pasti akan datang, tidak peduli kita siap atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Layaknya semangat dalam jiwa manusia yang senantiasa mengalami perubahan. Semua akan berubah kecuali satu yaitu perubahan itu sendiri.
Ngomong masalah kemarau, di sebagian wilayah banyumas raya sudah mengalami kekurangan air, sehingga tidak heran jika PDAM Banyumas ikut mendistribusikan air melalui mobil air bersih ke beberapa desa yang benar-benar kekurangan air. Efek dari kekeringan di banyumas raya juga berimbas dengan hutan di gunung slamet yang terbakar beberapa hari yang lalu.
Musim hujan biasanya datang di akhir penghujung ramadhan namun sampai saat ini belum juga mencipratkan airnya di bumi banyumas. Sebagai masyarakat banyumas pernahkah anda dengar ritual cowongan ? atau tahu bagaimana proses cowongan itu? Hemmm… dari pada bertanya-tanya mending kita cari tahu yuk…
APA ITU COWONGAN
Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan, dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia.
Cowongan Banyumas
LOKASI COWONGAN SOMAGEDE
Salah satu daerah yang hingga saat ini masih melaksanakan ritual cowongan pada setiap kemarau panjang adalah masyarakat di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Daerah ini terletak di ujung sebelah timur dari kabupaten Banyumas, kurang lebih 15 km di sebelah timur kota Banyumas, berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara dan berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Di sebelah timur terdapat sungai kecil (kali Plana) yang menjadi batas desa tersebut dengan desa Karangsalam, kecamatan Susukan, kabupaten Banjarnegara. Sebelah utara dan barat dilingkari sungai serayu yang mejadi batas kabupaten Banyumas dan kabupaten Banjarnegara.
Sungai Somagede Banyumas
Walaupun letaknya dekat dengan sungai, tetapi pada saat musim kemarau yang panjang, daerah ini sangat kering dan air sangat sulit untuk di dapat. Apalagi sebagian besar masyarakat di desa Plana bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa ini masih percaya, melalui ritual cowongan maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka.
Sawah Somagede
Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Mangsa Kapat (hitungan masa dalam kalender Jawa) atau sekitar bulan September. Pelaksanaannya pada tiap malam Jumat, dimulai pada malam Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya satu kali, tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan tiga kali. Jika dilaksanakan tiga kali belum turun hujan maka dilaksanakan sebanyak lima kali. Demikian seterusnya hingga turun hujan. Cowongan hingga saat ini masih tetap di lestarikan dan dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.
**Bagi saya pribadi cowongan masih menjadi misteri. Antara budaya, tradisi dan spiritual. Percaya atau tidak itu terserah anda. Karena bagaimanapun cowongan merupakan budaya (budi daya) leluhur banyumas khususnya di kecamatan somagede. Kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi? ^_^
BACA PEMBAHASAN LENGKAPNYA DISINI.
*****
Langganan:
Postingan (Atom)