Rabu, 12 September 2012

C O W O N G A N

RITUAL COWONGAN BANYUMAS

Musim kemarau hampir melanda setiap tahun. Karena begitu adilnya Tuhan sang telah menciptakan segalanya dengan berpasang-pasangan. Musim hujan dan kemarau pasti akan datang, tidak peduli kita siap atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapinya. Layaknya semangat dalam jiwa manusia yang senantiasa mengalami perubahan. Semua akan berubah kecuali satu yaitu perubahan itu sendiri.

Ngomong masalah kemarau, di sebagian wilayah banyumas raya sudah mengalami kekurangan air, sehingga tidak heran jika PDAM Banyumas ikut mendistribusikan air melalui mobil air bersih ke beberapa desa yang benar-benar kekurangan air. Efek dari kekeringan di banyumas raya juga berimbas dengan hutan di gunung slamet yang terbakar beberapa hari yang lalu.

Musim hujan biasanya datang di akhir penghujung ramadhan namun sampai saat ini belum juga mencipratkan airnya di bumi banyumas. Sebagai masyarakat banyumas pernahkah anda dengar ritual cowongan ? atau tahu bagaimana proses cowongan itu? Hemmm… dari pada bertanya-tanya mending kita cari tahu yuk…

APA ITU COWONGAN
Cowongan adalah salah satu jenis ritual atau upacara minta hujan yang dilakukan oleh masyarakat di daerah Banyumas dan sekitarnya. Menurut kepercayaan masyarakat Banyumas, permintaan datangnya hujan melalui cowongan, dilakukan dengan bantuan bidadari, Dewi Sri yang merupakan dewi padi, lambang kemakmuran dan kesejahteraan. Melalui doa-doa yang dilakukan penuh keyakinan, Dewi Sri akan datang melalui lengkung bianglala (pelangi) menuju ke bumi untuk menurunkan hujan. Datangnya hujan berarti datangnya rakhmat Illahi yang menjadi sumber hidup bagi seluruh makhluk bumi, termasuk manusia.


Cowongan Banyumas

LOKASI COWONGAN SOMAGEDE
Salah satu daerah yang hingga saat ini masih melaksanakan ritual cowongan pada setiap kemarau panjang adalah masyarakat di Desa Plana, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas. Daerah ini terletak di ujung sebelah timur dari kabupaten Banyumas, kurang lebih 15 km di sebelah timur kota Banyumas, berbatasan dengan kabupaten Banjarnegara dan berbatasan dengan kabupaten Purbalingga. Di sebelah timur terdapat sungai kecil (kali Plana) yang menjadi batas desa tersebut dengan desa Karangsalam, kecamatan Susukan, kabupaten Banjarnegara. Sebelah utara dan barat dilingkari sungai serayu yang mejadi batas kabupaten Banyumas dan kabupaten Banjarnegara.


Sungai Somagede Banyumas

Walaupun letaknya dekat dengan sungai, tetapi pada saat musim kemarau yang panjang, daerah ini sangat kering dan air sangat sulit untuk di dapat. Apalagi sebagian besar masyarakat di desa Plana bermata pencaharian sebagai petani. Lahan-lahan yang digarap meliputi lahan basah atau sawah, lahan kering berupa tegalan, serta tanah tadah hujan sehingga saat musim kemarau datang lahan ini sangat kering dan petani tidak dapat menggarap sawah mereka. Masyarakat di desa ini masih percaya, melalui ritual cowongan maka akan segera turun hujan yang sangat berguna agar sumur-sumur dan sumber mata air keluar lagi airnya, sawah dan ladang tidak lagi tandus, dan berbagai tanaman bersemi kembali bagi kelangsungan hidup mereka.


Sawah Somagede

Cowongan dilaksanakan hanya pada saat terjadi kemarau panjang. Biasanya ritual ini dilaksanakan mulai pada akhir Mangsa Kapat (hitungan masa dalam kalender Jawa) atau sekitar bulan September. Pelaksanaannya pada tiap malam Jumat, dimulai pada malam Jumat Kliwon. Dalam tradisi masyarakat Banyumas, cowongan dilakukan dalam hitungan ganjil misalnya satu kali, tiga kali, lima kali atau tujuh kali. Apabila sekali dilaksanakan cowongan belum turun hujan maka dilaksanakan tiga kali. Jika dilaksanakan tiga kali belum turun hujan maka dilaksanakan sebanyak lima kali. Demikian seterusnya hingga turun hujan. Cowongan hingga saat ini masih tetap di lestarikan dan dapat dijumpai di Desa Plana, Kecamatan Somagede.

**Bagi saya pribadi cowongan masih menjadi misteri. Antara budaya, tradisi dan spiritual. Percaya atau tidak itu terserah anda. Karena bagaimanapun cowongan merupakan budaya (budi daya) leluhur banyumas khususnya di kecamatan somagede. Kalau bukan kita yang melestarikan siapa lagi? ^_^

BACA PEMBAHASAN LENGKAPNYA DISINI.


*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar