Senin, 17 Mei 2010

Menggagas Pariwisata Serayu ke Depan

Nek wadas kelir wis ngalih neng jiput, semingkir dadi kota tembe mburine … Ana lung gadung se kendang gedene, de iris sore tukul isuk, de iris isuk tukul sore … Macan ngembang dadap, jaran kurang gedogan.

Begitulah janji nenek moyang di grumbul Bonjok desa Tambak Negara yang selalu dipikirkan oleh kaki Darmo dalam kesehariannya sebagai ”tukang gawe prau”. Ungkapan itu setua janji ”ces pleng” dari arti nama desanya Tambak negara yang telah terbukti menjadi kenyataan pada awal tahun sembilan puluhan, menjadi sebuah tambak yang di bangun oleh negara atau biasa di sebut dengan BGS (Bendung Gerak Serayu).


Sebagai tukang gendam, kaki Darmo tahu betul cara menjinakan arus air, termasuk niteni gejolak arus ketika banjir besar akan datang. Dia juga hapal betul, kalau kayu salam dan kayu ketapang yang gampang ”bubuken” sangat bagus untuk membuat perahu. Dengan teknologi sederhana dan ”nyumpeli” celah di sabungan kayu dengan tali duk (ijuk) serta ”tembelan” aspal, dari situ rejekinya mengalir sebagai pembuat perahu.

Janji nenek moyang itu, menurut kaki darmo mengandung arti bahwa di wilayah itu kelak akan menjadi rame (dadi kota) dengan kegiatan pariwisata (lung gadung) dan banyak didatangi oleh orang-orang penting (macan ngembang dadap), sehingga banyak kendaraan (jaran) yang kekurangan tempat parkir (gedogan).


Pemikiran kaki Darmo bak gayung bersambut dengan dicanangkanya proyek SRV (Serayu River Voyage), sehingga dia selalu aktif mendukung bersama lembaga swadaya masyarakatnya PMPS (Paguyuban Masyarakat Pariwisata Serayu) dengan menyelenggarakan berbagai kegiatan di sungai Serayu, dimana proyek itu mendudukan dia dalam posisi penting sebagai insinyur prau dan tim tukang gendam siap mengamankan mimpinya tentang BGS yang diyakini akan menjadi kawasan wisata besar.

Nampaknya mimpi ”wong cilik” di Serayu Kabupaten Banyumas, sejalan dengan mimpi kaki Darmo, karena di sepanjang aliran itu memang menanggung lebih dari 5 % dari jumlah total kemiskinan rakyat Kabupaten Banyumas yang lebih dari 600.000 orang.
Bentangan perencanaan proyek sepanjang 32 km, dimulai dari desa Petir kecamatan Kalibagor melalui 26 desa dan 6 kecamatan membawa spread effect, dan multiplier effect ekonomi diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi, baik dalam sekala PDRB (Product Domestic Regional Brutto) maupun personal income. Pertumbuhan ekonomi kawasan itu, akan berdampak aliran pertumbuhan wilayah dan kemakmuran dari arah kota Purwokerto di utara ke arah selatan di sepanjang aliran sungai serayu, dan akan mengurangi tekanan pertumbuhan penduduk serta kemiskinan di perkotaan, karena kesempatan kerja serta peluang berusaha yang akan ditimbulkan oleh bisnis kepariwisataan di proyek SRV tersebut. Dimana pertumbuhan kawasan terjadi akibat perkembangan infra struktur di sekitar wilayah : desa Suro, Srowot, Kaliori, Sokawera, Wlahar, Pegalongan, Gunungtugel, Patikraja, Notog, Kalirajut, dan sekitar BGS.


Dengan memicu kegiatan utama investasi berbasis kepada masyarakat, Pemkab akan menciptakan : Dermaga di B.G.S, A.M.D.A.L, Perencanaan Tata Ruang yang futuristik dan sustainable, serta pemberian holliday tax kepada investor dalam jangka tertentu.
Perencanaan kawasan akan menukik lebih tajam lagi, dengan memperkuat karakter kawasan wisata melalui penciptaan perencanaan Kawasan Wisata Thematik di:

1). BGS, berthema Lokawisata air, olah raga, sejarah dan pelayaran jarak jauh,

2). Desa Pegalongan, berthema desa wisata, kerajinan, gali pasir dan wisata agro,

3). Kaliori berthema kota lama Banyumas dan budaya Banyumasan

4). Petir berthema kuliner dan hiburan umum.


Konsep tematik tersebut diharapkan akan memperlambat terjadinya ”Law of deminishing return” dan menunda kebosanan pengunjung dalam jangka tertentu, serta membuat ”length of stay” wisatawan dari 1 hari menjadi 2 hari sampai dengan 1 minggu, sehingga wisatawan akan lebih banyak lagi membelanjakan uangnya.

Apabila diprediksi dengan tingkat kunjungan 30.000 orang rata-rata per bulan, mengingat kawasan tersebut strategis sebagai jalur berposisi silang antara : Jakarta-Yogyakarta-Surabaya-Bali dan Pantura dengan arus transportasi manusia yang tinggi, serta karakter wisata perairan baru dan menarik, maka dengan pemasukan retribusi rata-rata sebesar Rp. 15.000 per orang, akan terjadi BEP dalam waktu tidak lebih dari 9 tahun, dari total belanja proyek pembangunan sebesar + Rp. 18.000.000.000 dapat dicapai.

Photo: lustrasi


Sebuah mimpi yang sudah dimulai, untuk memenuhi keinginan kaki Darmo dan kawan kawannya. Jika ditilik lebih lanjut, mimpi ini nantinya akan menciptakan pemerataan dan Pertumbuhan ekonomi serta Stabilitas wilayah sebagaimana cita-cita Trilogi pembangunan hendak diterapkan di sungai Serayu Kabupaten Banyumas. Cekap semanten, mugi gusti mberkahi sedoyo pangajab ingkang luhur tumraping sesami.

*****


Sumber: http://banyumaskab.go.id/

2 komentar:

  1. salam,
    sampai sekarang BGS masih seperti itu
    kesan saya sebagai penduduk lokal, daerah itu semakin ramai warung tapi limbahnya ndak diurusi, jadi sampah njeprah dimana2..
    jadi kapan mimpi indah itu terwujud sepenuhnya ya..harapan saya si dengan majunya daerah itu, maju pula masyarakatnya dan maju pula kebersihannya..
    terimakasih
    ika

    BalasHapus
  2. Tanyakan pada ahlinya, heheheee...

    Maturnuwun mba/ibu Ika, muga2 ana pihak berwenang sing maca keluhané panjenengan, lan mewakili keluhan masyarakat sekitar, lan segera de éksyen temtuné, amin.

    BalasHapus